Ketika Telunjuk Menuding Pihak Lain, Sadarkah Tiga Jari Lain Menunjuk Diri Sendiri...??



Kemarin gw dapat SS komentar menyerang kepada Bang Doni bahwa karena beliau Hukum Syariat di Aceh jadi dihina-hina. Setelah dibahas di group, ternyata ada postingan ini sebagai pemicu. Sejak awal yang difokuskan adalah cara bapak-bapak berseragam rame-rame menangani Canon. Itu belum cerita off the record kandang tidak sesuai prosedur, tidak ada lubang udara karena kandang tempat sayur yang digunakan itu minim udara plus ditutup lagi dengan terpal. Kalau mau tanya prosedur yang benar, tanya dinas damkar setempat pasti tau karena mereka ada SOP standar dalam rescue menangani binatang. Jadi kalau mau bahas SOP, kalau g sesuai cara damkar dan membahayakan rescue, jelas itu g sesuai prosedur. Belum lagi dibahas soal eskalasi penegakan peraturan. Pedagang pasar pun punya teguran resmi sosialisasi soal batas terakhir toleransi aturan sebelum benar-benar ditegakkan. Itulah kenapa yang disoroti adalah perlakuan kepada binatangnya oleh oknum yang bersangkutan.

Lalu kemarin setelah ada framing bahwa Canon galak, ibarat segelintir "fitnah" karena setelah ada video asli dengan suara, ternyata pada main kejar-kejaran dengan Canon dan yang punya video diseruduk untuk diajak main. Kenapa begitu, karena Canon menanggap lu orang ramah yang bisa diajak main. Anjing preventif galak itu akan stay di tempat dan menggonggong dengan kilat insecure, kalau justru mendekat itu berarti dia mau mengenal lu dan percaya sama lu. Plus puluhan testimoni wisatawan lain bahwa dia g galak malah playful. Anjing aja lu fitnah cobak demi akun lu bisa viral. Ckckckck.

Lalu keluar lagi artikel pemimpin daerah yang keberatan video penanganan Canon beredar viral. Itu blunder lagi karena justru seolah keberatan karena ingin busuk bangkai ditutupi jangan sampai ketahuan. Video tersebut viral bukan tanpa alasan, tetapi karena kontroversinya. Pun kalau Canon diangkut dengan baik itu juga bisa viral dengan frasa: Pemerintah menertibkan binatang untuk wisata halal dengan cara yang ramah.

Lalu artikel ini muncul, berbuntut tudingan bahwa kasus ini membuat Hukum Syariat dihina-hina. G ada yang akan memandang buruk hukum syariat kalau kasus g digoreng ke arah sana. Karema tokoh muslim pun menekankan bahwa bukan syariatnya yang salah tetapi cara penanganan Canon yang salah. Ini yang mau gw sampaikan untuk teman-teman FP online di daerah setempat untuk hati-hati kalau mau menggoreng kasus ini. Jangan goreng kasus ini ke arah agama karena ujungnya justru itu preseden buruk untuk agama. Padahal teman-teman di organisasi agama nasional sudah membantu meredam dengan memfokuskan ini kepada penanganan Canon bukan kepada agama atau syariat, kok kalian goreng itu lagi ke sana kan jadi bahan kritisi pada akhirnya. 

Kasus yang hanya ingin dikaitkan antara Canon dengan oknum berseragam jadi kemana-mana yang ujungnya menjadi preseden buruk untuk kalian sendiri. Binatang sebagai sahabat atau binatang sebagai penjaga atau binatang sebagai pekerja itu tergantung pemiliknya selama mereka memperlakukan dengan baik. Kita tidak bisa memaksakan ikatan batin binatang dengan pemilik. Itu sama dengan ikatan pemilik manusia ke kucing bahkan ada pemilik manusia ke buaya atau pemilik manusia ke ular.

To be honest gw kenal banyak keluarga muslim di tempat wisata pulau yang memelihara anjing yang ramah pada pengunjung, lebih kepada sekalian menjaga wilayah terutama kalau itu daerah resort atau cottage yang terpisah-pisah jadi sulit diawasi dari lobby plus anjing digunakan sebagai stress release untuk pengunjung. Dan benar mereka menjadi sahabat para pemilik karena mereka selain membantu juga menarik wisatawan untuk datang berkunjung karena memberi rasa aman saat menginap di cottage/resort yang sulit dipantau dari lobby saat mereka keluar cottage/resort meninggalkan barang-barang mereka. Malah ada beberapa teman rescuer gw yang muslim yang justru bertahun-tahun mendedikasikan dirinya merescue, gw ulang, merescue anjing jalanan/cacat/terlantar/disiksa, bukan cuma pelihara anjing. 

Intinya begini, kalau g bisa berbuat baik untuk kasus Canon, lebih baik jangan melakukan apa pun menggoreng dan menggiring ke sana-sini apalagi sampai framing. Karena kalau mau ambil untung menggoreng agama ke kasus ini, agama yang pada dasarnya mengajarkan kebaikan  malah terlihat mendukung kekerasan. Saat menuding pihak lain, semoga disadari tiga jari lain menunjuk pada diri sendiri. Mari berbenah.

Soal penanganan dogmeat eater di banyak daerah yang dibahas oleh komentar dalam postingan Doni, gw sudah bahas itu di postingan 2 hari lalu. We work on it even it hard and still need loooong way. Semoga pada akhirnya budaya dogmeat eater bisa dihentikan.

Kenapa gelar jurdun terakhir Lorenzo g terlalu dihargai...?? Karena yang disoroti bukanlah hasilnya tetapi caranya yang mengundang kontroversi. Jadi mari fokus hanya kepada penanganan kasus Canon vs aparat berseragam, jangan bawa ini ke agama agar tidak menjadi preseden buruk untuk agama, daerah bahkan image wisata. Stop goreng-menggoreng, karena hanya saham jelek yang layak untuk digoreng, mending makan kuaci sambil nonton aja karena kuaci masih ada isi.😊


#Mbak_Yu #AnimalRescue Live post at mbakyuajalah.blogspot.com

Komentar