Ducati mau g mau suka g suka adalah motor terbaik di track saat ini. Sejak bertahun-tahun mereka dinyinyiri, dijegal dibungkam soal inovasi aerodinamis yang pada akhirnya toh diikuti oleh pabrikan lain. Papi Peri Gigi sebagai kunci utama inovasi berhasil membuat hal-hal kecil menjadi sangat berguna bagi para rider Ducati yang memiliki gaya balap, postur tubuh dan bahkan support part/motor yang berbeda. Selalu ada celah bagi Ducati untuk mengakali aerodinamis untuk menaklukkan kelemahan motor mereka tanpa mengurangi power terlalu banyak. Di awal musim IRTA dan Dorna bahkan sampai mengubah aturan pengambilan keputusan persetujuan bulat menjadi sistem voting demi bisa melarang perangkat #AntiGarpu tahun depan. Pada akhirnya toh Ducati tetap motor luar biasa yang ramah rider bahkan untuk rookie.
Hal berbeda terjadi di Yamaha. Sejak ayank bebeb Valentino Rossi pergi, pengembangan motor total seperti hanya merujuk kepada satu rider. Reputasi motor ramah rider yang selama ini disandang Yamaha karena bebeb Vale campur tangan dalam pengembangan menjadi motor eksklusif hanya untuk rider utama yang awalnya belagu sekarang mengeluh karena merasa sendirian. Papi Peri Jarvis bahkan mengakui betapa inovasi mereka tertinggal dari Ducati, bahkan dari Aprilia, dimana mantan rider Yamaha yang dilepeh, Papa Nina justru moncer dan naik podium di tahun pertamanya pindah dari mesin inline ke mesin V4. Tanda bahwa Aprilia juga adalah motor ramah rider saat ini.
"Di masa lalu kami selalu tahu bahwa kami memiliki kelemahan pada motor kami. Tapi kami juga tahu kekuatan M1. Pada 2022 kami tidak lagi memiliki keunggulan, di Ducati mereka meningkatkan pengereman, jarak tempuh, dan kecepatan menikung. Selain itu, mereka memiliki mesin yang sangat, sangat bertenaga. Tahun ini mereka naik podium MotoGP dengan tujuh pembalap berbeda. Ini adalah paket yang kuat. Dan itu sulit ketika Anda hanya memiliki satu pembalap yang mampu menawarkan performa maksimal" kata Jarvis mengakui apa yang salah dengan musim mereka. Ducati terus berinovasi dengan part aerodi yang kesannya remeh tapi ternyata powerful, bahkan di akhir musim sementara Yamaha gitu-gitu aja.
"Kami belum menginvestasikan cukup waktu, energi dan usaha di bidang ini, tidak ada keraguan tentang itu. Saya tidak akan mengatakan itu masalah terbesar kami saat ini, karena tumit Achilles kami adalah kurangnya tenaga mesin. Tapi aerodinamis dan kecepatan saling berhubungan. Jika Anda memiliki paket aerodinamis yang lebih baik, Anda dapat berakselerasi lebih baik, Anda tidak perlu mengebiri tenaga terlalu banyak, Anda mungkin mendapatkan lebih banyak downforce dan cengkeraman saat menikung... Ketika sampai pada pengembangan aerodinamis, kami belum tumbuh secara agresif seperti Ducati, dan bahkan Aprilia. Kami sedang mengoptimalkan pengembangan aerodinamis dengan uji terowongan angin. Kami melakukan banyak pengujian dan saya pikir kami akan dapat meningkatkan motor tahun depan" kata Jarvis yang nampaknya cukup mengerti apa yang jadi maaalah atas buruknya performa M1 di akhir musim.
Setelah sekian lama Jarvis buka suara 😅 dan mengakui hanya memiliki satu orang pembalap yang mampu menawarkan performa maksimal 😁
BalasHapusSepertinya Lin tetep kekeuh dgn pengembangannya kenapa tidak melanjutkan masukan dari Vale 😂
Coba saja papa Jarvis pensiun kemungkinan bakal di ganti dgn papa suppo atau Brivio kembali 🤣
BalasHapusGw rasa lebih tepat Suppo sih karena dia bisa lobby sponsor. Cuma orang paddock belum tentu suka sama dia 😅
Hapus