Pecco Bagnaia Dan Badai Semakin Besar Yang Tak Kunjung Berlalu "Motor Pilih Kasih" Ducati: Saya Terdampar Di Tengah, Dengan Segala Hormat, Para Test Rider
Dia berpikir #HungarianGP Balaton Park adalah titik terendahnya, tetapi eperti yang gw bilang di podcast, Barcelona adalah konfirmasi apakah setup dia di Balaton memang benar atau dia bagus karena pakai KW1 plus grip berlimpah ruah di sana. Track Barselona yang miskin grip akan membutuhkan perubahan balance ke belakang semaksimal mungkin, tetapi apakah maksimal itu cukup untuk motor Pecco...?? Karena jelas juga akan mempengaruhi motor secara keseluruhan dan itu jelas akan mendatangkan masalah baru dan yap terlihat jelas di sesi Pra Kualifikasi. Dia jelas memindahkan balance motor ke belakang yang berarti motor jauh lebih berat di belakang, traksi ban belakang lebih ulit bereaksi dan di track kurang grip dia jadinya dia makin lelet di track yang dia selalu kompetitif dan menjadi salah satu dari sedikit rider yang berhasil memenangkan balapan dari pole position dan memenangkan 2 balapan terakhir di track itu.
“Saya sebenarnya ingin melanjutkan kata-kata kemarin (preskon Kamis) karena saya senang, saya siap memulai akhir pekan ini dengan penuh percaya diri. Setelah Balaton Park, saya siap untuk akhir pekan yang positif dan meningkat, tetapi hari ini, sayangnya, tidak ada yang terjadi. Saya pikir ada yang tidak beres pagi ini (masalah elektronik tetiba nongol), tetapi saya terus kesulitan di sore hari. Saya sudah mencapai limit, berusaha keras untuk menyelesaikan lap dengan lambat. Kami tidak bisa melaju kencang. Dengan segala hormat kepada para test rider, saya berada di tengah-tengah mereka, di posisi ke-21, jadi pasti ada sesuatu yang harus dipikirkan. Ini adalah hari Jumat yang sangat rumit di track di mana segala sesuatunya selalu mudah bagi saya" kata Pecco memulai interviewnya. Dia mengakui masih memakai cara yang sama dengan Balaton Park tapi ternyata tidak bekerja di track Barcelona.
"Tidak, sama sekali tidak ada perubahan lain. Kami akan melanjutkan jalur ini (cara Balaton Park). Saya pikir lebih baik tidak melakukan perubahan besar apa pun, tetapi beradaptasi saja dengan apa yang saya miliki. Pengereman lebih baik, tetapi saya tidak bisa masuk tikungan dengan baik, dan saya juga kehilangan banyak waktu di bagian pertama akselerasi. Saya cenderung kesulitan dengan bagian depan, terutama dengan grip awal keluar tikungan. Sektor kedua dan keempat adalah yang terburuk karena saya tidak bisa membuat motor berbelok dengan cepat. Rasanya seperti saya mengendarai motor yang sama, tetapi tanpa potensi yang saya miliki di Hongaria. Entahlah. Saya yakin pengaturan itu juga bisa berfungsi dengan baik di sini, tetapi saat ini, belum berfungsi sebagaimana mestinya. Sebelum GP Balaton, saya selalu berpikir, jika kami tidak menemukan solusi, track ini akan sangat sulit karena gripnya rendah, dan semuanya berjalan persis seperti yang saya bayangkan. Saya sebenarnya berharap kondisi akan lebih baik" katanya yang bahkan udah g tau mau ngomong apa sama team karena solusi maksimal sudah dicoba.
"Saya bahkan tidak tahu harus berkata apa. Sulit bagi saya untuk memahami dan menjelaskannya kepada team. Besok saya perlu menemukan sesuatu yang penting untuk lolos ke Q2 karena hari ini saya bahkan tidak dekat sama sekali. Saya butuh peningkatan besar dalam kemampuan mengemudi saya, dan jika saya bisa finish di tujuh besar di Sprint, itu akan menjadi hasil yang fantastis" katanya yang dipancing journo soal pernyataan Papi Tardozzi yang memandang remeh kesulitan Pecco dengan mengatakan bahwa Pecco harus punya keinginan menghadapi masalahnya dan itu hanya butuh satu perubahan kecil (perubahan riding style yang mana Pecco harus nyaman dengan kondisi ban terangkat). Pecco kembali menegaskan dia bukannya g mau menyelesaikan masalahnya, dia sudah mencoba semua yng diminta Tardozzi dari merubah riding style, percaya dan nurut pada strategi team dan lain-lain. Tapi dia tidak terlalu bego untuk meresikokan dirinya crash dan cedera seperti rider Honda lain mantan team mate Marc Marquez korban "motor pilih kasih". Tanda bahwa Ducati memang sejak awal mengikuti permintaan si culas Marc Marquez yang nyaman dengan motor sesuai riding style dia dn tentu saja mengorbankan para rider lainnya, hal klasik yang sudah terjadi di Hond dan Ducati selalu membantah fakta itu.
"Setelah satu musim mencoba begitu banyak hal tanpa ada yang berubah, saya rasa itu bukan detail kecil. Saya rasa ini bukan salah persiapan saya, karena saya tidak pernah lelah. Saya selalu menghadapi masalah sebelum menilainya, dan saya sudah mencoba segalanya: Membalap dengan cara berbeda, Melakukan apa yang diminta team, tetapi hasilnya selalu sama. Saya masih berusaha beradaptasi dan memahami apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik, tetapi saya tidak bisa membalap seperti pembalap lain. Gaya saya selalu berhasil sebelum musim ini, dan mencoba mengubahnya hanya membuang-buang waktu. Kami perlu menemukan solusi lain dan mungkin melakukan pengaturan ulang malam ini, tetapi sulit bagi saya dan team untuk memahami apa yang sedang terjadi. Track ini, menurut saya, sudah jauh melampaui batas (untuk motor yang sudah kesulitan), ini masalah" tutupnya. DiGia tampak terus mencoba "menjilat" dengan bilang bahwa GP25-1 mirip GP24 dan bahwa motor itu g seburuk kata Pecco, faktanya...?? Dia sulit untuk unggul dari Morbidelli yang bahkan sempat melewatkan 2 seri penuh karena cedera.
Ducati terus bersikeras mengatakan Desmo GP25-1 hanya perubahan kecil dari GP24 meski faktanya di track itu adalah perubahan besar karena GP24 tahun lalu bisa membuat semua rider yang memakainya kompetitif bahkan jurdun meski di team satelit. Motor itu juga tetap kompetitif bagi semua rider yang memakainya saat ini meski itu sekarang hanya motor bekas. Sedangkan saat ini, Desmo GP25-1 kebanggan Gigi Dall'Igna hasil "tipu-tipu" Ducati pada Pecco terbukti hanya kompetitif di tangan Marc Marquez, rider yang memilih dan merengek untuk memakainya musim ini, rider lain...?? Bahkan harus berjibaku mengalahkan GP24 yang notabene motor bekas dan ujung-ujungnya solusi Ducati sama persis dengan Honda untuk kasus yang sama persis: Meminta rider lain mengubah riding style yang pasti beresiko bikin cedera karena crash yang sudah terbukti di Honda. Bahkan Ducati lebih buruk daripada jadi sekedar Honda 2.0: Merendahkan rider yang sudah membawa pulang gelar jurdun ke pabrikan mereka. Kata-kata Tardozzi semakin hari semakin merendahkan Pecco dan secara langsung membuat Pecco mejadi bahan hinaan #ABR. Dia lupa SIAPA yang membawa pulang gelar ke Ducati setelah 13 tahun dan membuat motor "rider friendly" sampai si culas itu rela menghinakan dirinya kabur dari kontrak Honda, malah menjadikan rider berjasa mereka sebagai sumber bahan hinaan. Ducati... You are worse than just Honda 2.0

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusOhya mbakyu si pirro apa tau desmo gp25-1 ini dan pernah mencoba nya ? Atau mungkin g boleh kasih tau ke pecco
HapusSiap siap membapuk seperti honda ducati.. ikuti aja itu MM93.. akan keliatan tahun depan pada pake GP25-1.. Honda jilid 2 adalah ducati
BalasHapus