Papi Peri Jarvis Yang Resmi Meninggalkan Yamaha Hari Ini: Awal Cerita Merekrut Valentino, Alasan Merekrut Lorenzo Dan Impian 10 Gelar Yang Gagal



Pertama-tama gw mau terimakasih sama admin akun yang mau ngedit podcast dalam sehari kemarin karena hari ini dia full booked ngurus tahun baruan. Gw agak shocked dia panik ada kecelakaan dekat rumahnya jadi gw ijinin dia posting satu artikel kemarin (Semoga korban kecelakaannya selamat. Aamiin). Daaan inilah kita di penghujung tahun 2024 yqng secara otomatis menjadi hari terakhir Papi Peri Lin Jarvis bekerja di Yamaha setelah masa keemasan lebih dari 2 dekade.


"Saya menghabiskan seluruh karier saya bersama Yamaha. Awalnya di Inggris, kemudian saya keluar karena ingin pergi ke Eropa dan saya tiba di Yamaha Eropa pada tahun 1983 (ada yang sudah lahir belum...?? Gw dipikirin untuk dibuat aja belum keknya). Di sana saya bekerja dalam banyak peran berbeda, termasuk konferensi pers di Yamaha untuk model-model baru di seluruh dunia, komunikasi korporat, pemasaran, penjualan, banyak peran berbeda, tetapi saya juga selalu menangani departemen balapan dan pada saat itu saya bertanggung jawab atas Grand Prix Motocross, Paris-Dakar, Superbike, dan aktivitas lainnya. Karena itu Saya bertanggung jawab atas aktivitas balap Eropa, tapi ketika saya pergi ke balapan saya hanya menjadi tamu. Pada tahun 1998 Yamaha memutuskan untuk melakukan perubahan. Mereka ingin kembali memiliki team di MotoGP. Pada saat itu saya ingin melakukannya pekerjaan di 500cc ini dan saya berkata: “Mengapa tidak”. Jadi pada logikanya, saya memiliki persiapan yang baik. Tetapi ketika saya memasuki permainan itu adalah situasi yang benar-benar berbeda di babak selanjutnya dalam hidup saya" kata Papi Peri Jarvis mengenang awalnya dia memimpin Yamaha MotoGP. Dia mengakui bahkan ketika berhasil sepakat untuk "membajak" ayank bebeb #Mbak_Yu Valentino Rossi dari Honda.

“Ya, tahun 2003 adalah tahun yang aneh, sungguh aneh, karena pada musim itu kami belum memenangkan satu pun GP. Pada tahun itu kami melakukan pertemuan panjang dengan manajemen dan kami berkata pada diri sendiri bahwa kami harus mengambil langkah maju atau kami akan mengalami kegagalan dan harus pergi, itulah logika perusahaan. Satu-satunya cara untuk mengambil langkah maju pada saat itu adalah dengan kembali meraih kemenangan. Untuk melakukan itu, pertama-tama kami harus memperbaiki motornya dan kemudian mengganti pembalapnya. Valentino mendominasi di Honda. Saya berhasil meyakinkan manajemen berani dan melakukan perubahan ini, tapi yang jelas sangat mengejutkan (bahwa saya berhasil) meyakinkan Valentino Rossi untuk pindah dari Honda yang selalu menang ke Yamaha (yang sangat bapuk) saat itu. Itu sangat sulit..." kata Papi Peri Jarvis yang waktu itu dibantu oleh Papi Peri Brivio untuk membujuk bebeb Vale dalam banyak pertemuan rahasia, dia harus sembunyi di bawah meja karena g mau ketahuan habis ketemu sama bebeb Vale.


“Saat itu Davide Brivio menjadi manajer team proyek MotoGP. Dia memiliki hubungan yang baik dengan Vale dan itu adalah tahun yang luar biasa, dengan banyak pertemuan yang rahasia. Pertemuan di Brno hanyalah salah satu dari banyak pertemuan rahasia dan di akhir pertemuan di Brno menjadi sorotan, karena dalam pertemuan itu kami saling berkata: “Baiklah, tapi mari kita perjelas, kalau kita melakukan ini dan itu, maukah kamu bergabung?”, "Tentu", "Apakah dia benar-benar mengatakan itu?" Kami bertanya-tanya. Setelah dia mengatakan itu, kami harus bersembunyi di bawah meja karena banyak orang yang datang selebihnya adalah sejarah..." katanya yang pada akhirnya membuka alasan merekrut rider pensiun artis Lorenzo. 

"Agak tidak terduga. Bersama Vale kami menang pada tahun 2004, lalu kami menang lagi pada tahun 2005, dua tahun pertama, namun setelah tahun 2005 Valentino dengan serius memikirkan untuk pergi ke Formula 1. Yang menjadi pertanyaan adalah menemukan kembali rider MotoGP untuk Yamaha, setelah dua tahun meraih kemenangan, apa yang akan terjadi jika dia meninggalkan kami? Jadi kami harus memiliki pembalap berikutnya yang mampu menang, kami harus mengamati pertumbuhan Jorge dengan membuatnya membalap ntuk kami pada tahun 2008, namun sebenarnya kami sudah memiliki kontrak dengannya sejak tahun 2006!" ungkap Papi Peri Jarvis. Keputusan yang pada akhirnya membuat paddock amburadul oleh ego. Bebeb Vale memilih hengkang ke Ducati yang ingin punya rider Italia di pabrikan Italia. 

"Ketika Jorge bergabung pada tahun 2008 dia finish ketiga, kemudian pada tahun 2009 dia finish kedua dan pada tahun 2010 dia memenangkan gelar. Ini adalah masalah yang harus diterima oleh Valentino, yang meninggalkan team kami untuk pindah ke motor Ducati. Pada tahun 2011 dan 2012 dia membalap di Ducati, dan ini adalah perubahan besar pertama pada tahun 2011 dan 2012. Namun Valentino tidak berhasil dengan Ducati, jadi dia kembali kepada kami pada tahun 2013. Namun, kini telah terbalik. Kami mengambil kembali Valentino ketika Jorge menjadi raja. Itu adalah langkah berani lainnya dan pada akhirnya Jorge memutuskan untuk pergi tahun 2017" tambahnya yang nampaknya enggan membahas Papa Nina dan lompat langsung membahas #JurdunMenclaMencle Snack Taro. 


"Tapi membawa Fabio ke team Petronas adalah keputusan yang sebagian besar dibuat oleh team Petronas saat itu. Sebuah langkah yang berani ya, tapi mereka tidak mengharapkan apa pun di tahun pertamanya jadi kami mengajaknya untuk membuatnya bergabung ke team pabrik. Dengan kedatangannya di team pabrikan, kami harus memindahkan Valentino lagi karena dia berada di akhir kejuaraan (udah mau pensiun). Ini masalah yang diputuskan di menit terakhir tapi menurut saya pada akhirnya keputusan itu bisa dibenarkan, karena Fabio, begitu bergabung dengan team pabrikan, membuat gebrakan dan mendapat nomor 1 (rider terbaik Yamaha) di tahun pertamanya. Itu adalah masa-masa yang menarik, dengan keseimbangan yang rumit, pengembangan paralel, dan keputusan-keputusan yang harus diambil" Papi Peri Jarvis mengakui performa Snack Taro yang membuatnya berharap paling g bisa punya 10 gelar jurdun untuk Yamaha di bawah manajemennya sebelum pensiun. 

"Menurut saya, sejak kami memenangkan kejuaraan terakhir, pada tahun 2021, saya pribadi tidak berpikir kami akan sangat kesulitan dalam beberapa tahun terakhir ini. Saya berharap dalam karir saya, yang saya tahu secara nyata cepat atau lambat akan berakhir, untuk menang gelar setidaknya dua kali lagi bersama Yamaha berkat Fabio yang mencoba meraih sepuluh gelar. Sayangnya, sejak di pertengahan tahun 2022, kami segera menyadari bahwa Ducati sedang berkembang dan kecepatan perkembangan serta performanya juga begitu tinggi bagi kami. Jadi kami sudah berada dalam kesulitan pada tahun 2022 dan kemudian pada tahun 2023 kami membuat kontrak dengan Marmorini, yang akan membantu kami terutama di bidang mesin Sejak saat itu kami mulai membangun kembali, karena kami melihat pertumbuhan Ducati. Tapi tidak hanya itu, perusahaan Eropa lainnya, seperti KTM dan Aprilia yang juga berkembang pesat. Kami memulainya pada tahun 2023 dan membuat banyak perubahan pada tahun ini. Saya sangat senang bisa pergi pada akhir tahun ini dalam peran saya saat ini, jika saya pergi pada akhir tahun lalu, saya akan merasa seperti saya belum menyelesaikan pekerjaan itu. Sebelumnya belum ada landasan untuk masa depan, namun tahun ini kami telah melakukan lebih banyak" tutupnya. 

Buat nyelesain ni artikel gw butuh setengah jam. Wkwkwkwkwk.

Follow Twitter (update artikel dan curhatan) dan Youtube (podcast) #Mbak_Yu username @mbakyuaja #MarcoBezzecchi #LucaMarini #FrancoMorbidelli #PeccoBagnaia #MotoGP

Komentar