Jadi Tamu Perdana Podcast Papa Kembar, #JurdunMangkage Jorge Martin Soal Masalalunya (Dan Penyebab Karakter Mangkagenya): Saya Tidak Keramas Seminggu Pasca Bertemu Rossi Pertama Kali, Balapan Dengannya Di Track Di Tahun Terakhirnya Adalah Kebanggaan




Papa Kembar, yang sudah dengar podcast #ArgentinaGP Part 2 pasti tau berapa kuaci gaji yang dia terima dari Honda sebagai test rider yang saat ini paling terlihat kesuksesannya dalam waktu singkat membuat Honda bertengger di papan tengah bukan lagi jadi pabrikan terbapuk. Tetapi di sela kesibukannya yang kerja rodi buat Honda di Eropa dengan rangkaian test private berturut-turut (Jerez, Portimao, katanya bakal Valencia juga) dia melakukan launching channel podcast di Youtube. Sebagai tamu perdana adalah sang "murid" yang dia jagain di #SolidarityGP tahun lalu demi bisa menjaga peluang gelar, #JurdunMangkage Jorge Martin yang memang sedang cari kegiatan yang tidak berbahaya untuk penyembuhan cederanya. Awalnya dia berharap bisa hadir di #AmericasGP tetapi dipastikan batal dan harapan dia adalah bisa hadir di #QatarGP, itu juga klo udah 100% sembuh tulang skafoid dia dan memulai adaptasi dengan RS-GP25 dari nol.

"Belum lama ini saya berada di puncak dan sekarang saya berada di titik terendah untuk seorang atlet, yaitu cedera. Sudah dua minggu saya tidak bisa mengendarai motor, angkat beban, atau melakukan apa pun yang bisa membuat saya lebih dekat dengan motor. Tentu saja saya melakukan banyak rehabilitasi, tetapi itu sulit, karena saya tipe yang gelisah, hampir hiperaktif, dan saya telah kehilangan olahraga dalam kehidupan sehari-hari saya. Tetapi pada akhirnya saya tidak punya pilihan selain terus menatap ke depan. Saya tidak sabar untuk berkendara, naik sepeda motor, dan melakukan apa pun yang membantu saya membakar kalori. Tujuannya adalah untuk kembali ke Austin tetapi itu tidak mungkin, jadi sekarang kami telah pindah ke Qatar" kata Martin di pembukaan sesi podcast. 

Klo kalian ngitilers lama, kalian pasti tau bahwa Martin adalah salah satu rider #KtpS yang dibenci oleh publik Spanyol sendiri. Dia dituding berusaha ngemplang pajak dengan tinggal di Andorra dan bahkan ada fans MotoGP Spanyol yang bilang dia adalah orang menjijikkan yang membawa noda malu bagi Spanyol di postingan kemenangan pertamanya di MotoGP beberapa tahun lalu. Yang ujungnya Papa Kembar membela dan malah ikutan dihina oleh fans Spanyol itu sendiri dengan berkata fans Spanyol lebih bangga pada si culas Marc Marquez  (alasan kenapa gw anti banget sama #ABR) karena mereka berdua g pernah jurdun di MotoGP (waktu itu tahun pertama Martin bersaing jurdun dengan Pecco). Dia akhirnya terbuka soal itu, dia datang ke Andorra bukan sebagai orang kaya.


"Sehari sebelum kemarin saya berada di sauna, saya melihat rumah saya dan berkata kepada diri sendiri: 'Jorge, kamu datang dari antah-berantah dan lihat di mana kamu berada'. Saya ingat ketika saya tiba di Andorra saya mengunduh Netflix dari rumah Valera (manajer dia) yang memiliki Wi-Fi, karena saya tidak memilikinya. Itu tidak lama berlalu, itu tujuh tahun yang lalu. Sekarang saya punya rumah, mobil, dan garasi. Saya pikir itu luar biasa dan itu adalah salah satu dari beberapa kali saya berhenti untuk berpikir tentang seberapa jauh saya telah melangkah. Saya tidak pernah berpikir tentang apa arti kesuksesan itu sendiri, tetapi saya pikir kesuksesan adalah memberikan segalanya yang Anda miliki. Saya pikir kesuksesan bukan hanya tentang menang, tetapi tentang memberikan 100% dan melangkah sejauh yang Anda bisa. Tidak semua orang bisa memenangkan Kejuaraan Dunia dan balapan, tetapi mereka boleh menjadi orang yang sukses atau merasa sukses. Mungkin kesuksesan bisa diraih oleh orang-orang yang bertahan bahkan ketika keadaan buruk, yang umumnya tidak menyerah dalam hidup . Mereka adalah orang-orang yang pada akhirnya sukses" kata #JurdunMangkage itu mengenang 


"Ayah saya adalah seorang pengendara sepeda motor dan saya dulu tidak pernah peduli, tetapi dia pergi ke balapan dengan benderanya untuk menyemangati Criville dan kemudian putranya menjadi Juara Dunia MotoGP. Saya pikir impian ayah saya bukanlah agar saya menjadi Juara Dunia atau pembalap, tetapi dia memberi saya kesempatan untuk mengendarai sepeda motor dan menyemangati saya. Saya pikir itu luar biasa dan dia sangat bangga pada saya. Bagi seorang pengendara sepeda motor, pasti luar biasa bahwa putranya menjadi juara. Impian saya? Menjadi Juara Dunia, sekarang saya merasa sedikit hampa dalam hal itu" katanya tersenyum mengenang masa-masa dia memulai karir sebagai pembalap junior di usia anak-anak karena ayahnya mengizinkan dia. Sejak itu ada dua momen paling berharga dalam kehidupan balap motornya: Bertemu seorang Valentino Rossi untuk pertama kalinya, dan Memenangkan gelar Jurdun MotoGP

"Pertama kali saya bertemu langsung Valentino Rossi adalah pada tahun 2006 di Valencia. Kami berfoto bersama, Valentino menyentuh kepala saya dan saya ingat bahwa saya menghabiskan seminggu tanpa ingin mencuci rambut saya, karena Valentino adalah idola saya saat itu. Saya mandi dengan tangan di kepala saya, sehingga belaian Valentino tidak akan hilang. Saya berusia 8 tahun dan kemudian saya bisa balapan dengannya di MotoGP pada tahun 2021, di tahun terakhirnya. Itu sangat istimewa bagi saya. Juga, di akhir balapan di Valencia, saya menjadi orang pertama yang menjabat tangannya setelah dia pensiun. Saya (merasa) memiliki hubungan khusus dengan Valentino . Baginya, saya mungkin satu dari banyak orang, tetapi bagi saya itu istimewa” katanya memaklumi bahwa dia adalah segelintir orang bagi bebeb Vale yang sudah bertemu banyak orang besar dunia. Momen lain adalah ketika dia finish di #SolidarityGP dan resmi menyandang gelar Jurdun 2024.


"Rangkaian gambar kehidupan saya muncul di depan mata saya pada beberapa meter terakhir, lalu di garis finis saya menangis. Bulan berikutnya terasa luar biasa, dengan semua kehebohan media yang mengikutinya. Saya tidak bisa bebas berjalan-jalan di Madrid, beban saya terasa terangkat. Namun sekarang itu sudah berlalu, saya melihat piala dan saya memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya, itu gila. Jelas bahwa Anda harus menikmati momen itu, tetapi saya harap ini adalah awalnya” katanya yang sebenarnya punya satu impian yang belum terwujud entah apakah akan terwujud atau tidak karena baginya itulah yang harus dia korbankan demi karir balapannya. Dia pengen: KULIAH.

"Satu tahap yang ingin saya alami adalah kuliah di universitas. Saya ingin belajar fisioterapi atau sesuatu yang berhubungan dengan tubuh manusia. Saat itu, orang-orang seusia saya pergi belajar ke luar negeri, jadi saya menghabiskan dua atau tiga tahun dalam kesendirian, di mana saya melihat teman-teman saya di universitas berpesta dan sebagainya. Namun sekarang, setelah melihat hasilnya, saya dapat mengatakan bahwa segalanya berjalan jauh lebih baik bagi saya. Saya tidak menyesali apa pun karena semua telah membawa saya ke tempat saya saat ini. Misalnya saat saya terjatuh di Jerman, saat pergelangan kaki saya patah untuk pertama kalinya, jelas bahwa saya berharap tidak mengalaminya, tetapi itu adalah salah satu pelajaran yang membuat saya menjadi Juara Dunia. Saya tidak menyesali apa pun, karena yang penting adalah belajar sesuatu dari setiap jatuh, kesalahan, atau momen sulit" katanya yang meski di track tampaknya RS-GP25 cukup bagus karena performa impresif rookie Ai Ogura, dia sendiri belum bisa memastikan kemampuan adaptasinya di atas motor pabrikan yang hanya perlu 24 jam untuk pengumuman pasca podium #ItalianGP Mugello. Dia mengakui, manuver tikungan terakhir Enea adalah sesuatu yang membuat dia merasakan Ducati akan melanggar pra-kontrak yang sudah dibicarakan hari Kamis sebelumnya. Tetapi seperti yang gw bilang di podcast Mugello, awalnya dia pikir itu karena Ducati memilih Enea (permintaan Ducatisti). 


"Jelas motor itu bagus, tetapi tidak mengetahui bagaimana dan apakah saya akan mampu beradaptasi dengan motor menimbulkan banyak kecemasan dan stress dalam diri saya. Saya tidak sabar untuk pulih sehingga saya dapat menguji motor dan bekerja dengan team, yang sudah sangat akrab dengan saya. Di Mugello Enea menyalip saya di tikungan terakhir dan itu menguras emosi saya, masalah harga diri pembalap. Ketika saya sampai di parc fermé saya menemukan atmosfer yang buruk dan saya memutuskan untuk tidak berada di sana, tetapi pada saat itu saya masih berpikir kami akan tetap bersama dengan Ducati. Kemudian Albert (manajer dia) mendatangi saya dan berkata 'ayo', kami bisa pergi ke mana saja tetapi di sana dia langsung membawa ssaya pergi dan saya berpikir: 'oke mari kita pergi dan mencari pilihan lain'. Saya pergi kepada Rivola berpikir 'yakinkan saya, yakinkan saya', saya pikir itu adalah pilihan yang ditentukan oleh hati. Saya bangga berada di tempat saya berada, dalam hidup semuanya terjadi karena suatu alasan. Membawa motor pabrikan yang belum pernah memenangkan Kejuaraan Dunia untuk berjuang dan mencoba memenangkannya adalah tujuan nomor satu saya” tutupnya di podcast Papa Kembar.



Follow Twitter (update artikel dan curhatan) dan Youtube (podcast) #Mbak_Yu username @mbakyuaja #MarcoBezzecchi #LucaMarini #FrancoMorbidelli #PeccoBagnaia #MotoGP

Komentar