Massimo Rivola Soal Aerodinamis Dan Kalender Gila Musim Ini: MotoGP Harus Bisa Seperti F1 Dengan Mengurangi Race Di Eropa Dan Lebih Banyak Menggelar Balapan Di Negara Penghasil Banyak Uang Seperti India Dan Indonesia (What...??)







Papa Alice dalam wawancaranya ketika launching Trackhouse Racing Team bilang keinginannya adalah pengurangan jumlah seri. Karena dengan format Sprint Race, tekanan kepada team dan rider semakin tinggi sehingga jumlah seri lebih dari 20 terasa sangat mepet dan nyaris g ada ruang untuk pulih klo sampai cedera. Papi Peri Rivola mengakui itu, tapi idenya adalah klo memang DPRD Tingkat Pusat memperbanyak seri karena ingin cari duit, maka sebaiknya pengurangan race dilakukan di Eropa dan penambahan race di luar Eropa di negara kaya penghasil duit bagi MotoGP.


"Jika Anda bertanya kepada keluarga kami, mereka akan meminta Anda untuk menguranginya. Kami belum membicarakannya baru-baru ini dengan Dorna, tetapi secara pribadi, dengan tambahan Sprint, saya menyelesaikan musim lalu dengan kondisi hancur karena hari Jumat menjadi hari di mana kami harus sudah lolos, itu sulit. 21 atau 22 Grand Prix itu banyak, kami perlu duduk bersama Carmelo Ezpeleta dan memahami apa yang harus dilakukan. Mungkin kita harus mengurangi balapan di Italia dan Spanyol, di Eropa dan secara umum, dan pergi ke tempat yang punya uang. Kami membutuhkan sponsor penting dan untuk menarik mereka, adalah tepat untuk balapan di Indonesia, di India, di pasar yang menarik" kata Rivola yang cukup mengagetkan gw karena bilang Indonesia punya uang. Akakakakak. Ya iyalah biaya nonton ke sirkuit Mandalika itu g semurah ke Sepang. Tapi toh namanya negeri berflower, konten buang-buang duit dan pamer adalah konten yang lebih viral dibandingkan konten mendidik dan bermanfaat.


"Saya percaya bahwa masalah saat ini adalah untuk membangkitkan lebih banyak minat pada olahraga yang bagi saya sensasional ini. Kita harus mengubah balapan menjadi acara pertunjukan dan Formula 1 memiliki banyak hal untuk diajarkan kepada kita. Kami produsen juga merupakan bagian dari bisnis ini dan kami perlu berbicara dengan Dorna untuk mendapatkan visi non-jangka pendek. Perubahan yang dilakukan, seperti pengenalan balapan Sprint, dilakukan dengan pemikiran ini. Formula 1 telah menciptakan sebuah event nyata dengan banyak berinvestasi, bahkan pada karakternya, misalnya pada selebritis (yang datang) sebagai tamu. Itu meningkatkan kualitas dan memancing di dunia yang berbeda, ini poin pertama. Kita tidak boleh mencari penggemar sepeda motor, tetapi yang misalnya (penggemar) tenis, untuk membuat mereka mengetahui betapa indahnya MotoGP" tambahnya yang tidak menampik aerodinamis ala F1 juga adalah bagian dari show untuk menarik penonton.


"Jika kita terus (berpikir) seperti orang bengkel, itu tidak akan berhasil. Langkah-langkah drastis mungkin akan diperlukan, yang mungkin tidak akan menyenangkan Moto2 dan Moto3, untuk menaikkan MotoGP ke level yang mirip dengan Formula 1. Sebuah upaya dilakukan untuk berbagi paddock (dengan F1), namun ditolak. Kita perlu membangun sesuatu agar MotoGP menjadi tidak tersaingi, seperti F1, dan kita harus mengikuti jalur yang sama" kata Papi Peri Aprilia itu.

Kadang gw pikir Aprilia ini membagongkan. Komplen soal aero Ducati tapi mereka bikin aero justru lebih aneh-aneh. Syukur-syukur klo bermanfaat besar di performa. Dulu komplen berat soal talang air, lha malah mereka pake double talang air. Komplen Ducati punya banyak satelit lha mereka punya satelit tapi kismis ujungnya nyari duit juga.


Follow Twitter (update artikel dan curhatan) dan Youtube (podcast) #Mbak_Yu username @mbakyuaja #MarcoBezzecchi #LucaMarini #FrancoMorbidelli #PeccoBagnaia #MotoGP

Komentar

  1. kenapa kudu indo, kalo mau nyontoh f1 yaa sekalian benua amerika, yg jelas2 duitnya d sono, yg jelas management f1 nya yg harus dicontoh

    BalasHapus
  2. Mungkin maksud aprilia komplen itu mereka ingin menjadi terdahulu/pertama yg melakukan itu ekekekekek

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kadang gw pikir nurani mereka itu ketutup gengsi apa bijimana. Part 2 nanti bakal gw bahas lagi ada yang kelupaan ekekekekek

      Hapus
  3. Bingung sejak kapan Indonesia negara kaya. Kebanyakan rata-rata terbanyak di Indonesia menengah ke bawah. Sebagain menengah ke atas dan yg kaya raya old money atau kaya raya new money cuma dikit. Mungkin om Massimo perlu bergaul sama gw yg org Indonesia biar tau gimana Indonesia. Wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena di sirkuit mereka banyak liat orang bikin konten pamer. Tiket VIP loh selalu habis wkwkwkwk.

      Hapus
  4. Mungkin juga org Indonesia konsumtif ya mba, contoh gaji 10 juta sebulan bisa beli tas harga 8 juta tapi buat org Eropa beli tas 8 juta itu paling ga gajinya 60 juta sebulan. Untung gw ga konsumtif jadi masih ada duit buat nonton MotoGP walaupun nabung dulu. Itu juga nginep di penginapan 200 semalam beli 1 tabun sebelum hari H karna kalo mendekati hari H hotel biasa yg gw nginep 350an semalam di Sepang. Kalo makan ga ngemat ya, masa kebutuhan pokok gw hemat. Wkwkwk paling hemat penginapan dan pesawat cari paling murah promo.

    Mba, lo tomboy ya? Soalnya waktu di comment lo bilang lo tatoan. Kan cuma cewe tomboy yg pake tato. Wkwkwkw.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya. Gw tuh pernah punya mantan orang negara paling pedit di Eropa. Dia saking hematnya makan cuma sekali sehari mana kemana-mana jalan kaki atau sepedaan. Padahal duit asa. Gw yang g tahan. Wkwkwkwkwk.


      Iya gw tomboy emang sampe dulu pernah rambut sampe cpak padahal pacar rambut gondrong sebahu.
      Tattoo soh lebih karena suku nyokap gw sudah biasa dengan tattoo. Cuma gw bau nerani tattoo ketika mulai sering traveling ke luar negeri, tujuannya ya sebagai penanda tubuh supaya gw mudah dikenali klo kenapa-napa pas traveling. Karena tattoo gw juga gw desain sendiri jadi g bakal ada yang sama. Ekekekekek.

      Hapus

Posting Komentar

Ngegosip...?? Komen Gih... Tapi Inget Gw Tetap RAZIA... Ekekekekek...