Papi Domenicali Soal Tudingan "Ducati Cup": Selama Satu Decade Kita Mengalami Japan Cup, Sekarang Waktunya Eropa Cup Lebih Daripada Ducati Cup
Nyinyiran soal "Ducati Cup" ini sudah mulai terdengar sekitar tahun 2022 ketika Pecco mulai mendominasi kejuaraan dan si culas #MalinKundangPerebutHakOrang Marc Marquez kerjaannya ngamuk-ngamuk di paddock Honda karena motornya makin ke sini malah makin kesana dan berujung jari tengah di #GermanGP 2023. #ABR yang sebel karena sesembahannya yang emang g tau ngembangin motor g dapat motor yang superior menjadikan Ducati sebagai bahan iri dengki dengan berisik "Ducati Cup" setiap Pecco dan para rider satelit Ducati mengisi podium. Ujung-ujungnya, bahasa "Ducati Cup" itu hilang g berbekas ketika sesembahannya rela menghinakan dirinya menjadi pay rider di Ducati Gresini, menjilat ludah soal bakal pensiun di Honda dengan memutus kontrak yang masih tersisa 1 tahun lagi. Pada ujungnya toh sesembahan mereka menggunakan cara culas "Pramac bukanlah opsi" untuk memaksa Ducati membuang #JurdunMangkage Jorge Martin dan Pramac demi menunaikan "pesanan boss" menyediakan seat pabrikan Ducati yang memang sudah dia rencanakan untuk diincar bahkan sebelum mengajukan resign ke petinggi Honda di #JapaneseGP 2023.
Sayangnya "Ducati Cup" kembali menggema setelah RD yang selama ini buta hati tutup mata dengan pelanggaran yang disengaja justru menjatuhkan penalti 16 detik ke Papa Nina yang tanpa sengaja melanggar aturan. Publik yang awlanya senang akhirnya ada pabrikan lain bisa nyempil di antara para Ducati menjadi kecewa meski sadar bahwa aturan memang sudah seharusnya ditegakkan, bukan dibengkokkan demi satu orang. Papi Domenicali mengakui mendengar nyinyiran ini, tetapi dia ingin mengatakan bahwa KTM sendiri adalah pabrikan Eropa sama seperti Aprilia yang terlepas dari penalti 16 detiknya, tetap adalah pabrikan yang punya motor bagus. Sebagai catatan para KTM memborong top speed di #QatarGP kemarin dengan kecepatan 358,8 km/jam di track lurus Lusail. Di sisi lain top speed adalah PR bagi pabrikan kedua terbaik sejauh ini di musim 2025, Honda. Sedangkan Yamaha sebagai pabrikan terbawah masih mencari harta karun bernama grip sebelum bisa memikirkan top speed.
"Tentu saja, saya mendengar suara-suara sumbang ini, tetapi aturannya sama untuk semua orang. Kami menyediakan sepeda motor berperforma tinggi bagi para team kami. Itulah sebabnya kami melihat balapan yang sengit dan memikat bagi para penonton. Kita pernah mengalami satu dekade di mana para pabrikan Jepang menjadi pemimpin. Jadi menurut saya bukanlah hal yang salah untuk hidup di masa sekarang di dalam satu dekade di mana para pabrikan Eropa menonjol" kata Papi Domenicali.
Klo dari kata-katanya, Papi Domenicali menekankan bahwa Ducati menyediakan motor bagus bahkan untuk para team satelitnya sehingga para rider satelit juga bisa memiliki performa bersaing. Hal yang sama yang sudah mulai diadopsi oleh team Eropa lainnya sejak tahun lalu di Aprilia dan KTM: Memberikan motor kompetitif untuk para rider satelit klo perlu motor pabrikan. Sedangkan di masa jayanya dulu, pabrikan Jepang memberikan motor bekas yang kurang kompetitif (tapi harganya mahal) kepada team satelit sehingga para rider team satelit kurang kompetitif. Hal ini nampak jelas di pabrikan Honda era si culas Marc Marquez, sedangkan di Yamaha itu g terlalu keliatan karena team Petronas cukup kompetitif dan setelah RNF hengkang mereka g punya team satelit diiringi amburadulnya pengembangan Yamaha di tangan #JurdunMenclaMencle Snack Taro (sampai sekarang). Jurdun Yamaha 2021...?? Itu jeroan M1 masih bebeb Vale yang punya masukan pengembangan meski dia sudah terbuang ke Petronas. Kuaci...???
Komentar
Posting Komentar
Ngegosip...?? Komen Gih... Tapi Inget Gw Tetap RAZIA... Ekekekekek...