Manajemen Rider Ducati Kembali Jadi Bumerang, Perang Mental Dengan Enea Bastianini Yang Berakhir Perang Klasemen Kacau Balau Buat Si Kinyis Pecco Yang Ngaku Salah: Saya Terlalu Ambisius




Kesalahan sederhana yang dibayar mahal di klasemen. Si kinyis Pecco hanya bisa memaki dirinya sendiri dan meminta maaf kepada team. Dengan perfoma selama akhir pekan #JapaneseGP yang ada dibawah rata-rata rider Ducati lain, manuver menyalip terlalu buru-buru memang adalah kesalahan tanpa strategi.


"Itu kesalahan yang memberitahu saya bahwa saya bajingan. Itu adalah balapan yang rumit, saya tidak bisa melakukannya dengan baik, saya tidak bisa melakukan apa-apa. Saya hanya bisa mengerem dengan keras, tapi itu menyebabkan ban depan terlalu panas yang memaksa saya mengulur waktu untuk menurunkan suhu. Di lap terakhir saya mempush lagi, saya pulih, saya mungkin terlalu ambisius, saya ingin segera menyalip Fabio Quartararo dan kemudian Maverick Vinales. Tapi saya tertinggal terlalu jauh, saya kehilangan akselerasi di tikungan kedua, saya tetap mencobanya. Saya menyadari di mana letak ruang untuk perbaikan saya.  Kehilangan poin seperti ini tidak benar, terutama terhadap team saya” kata si kinyis.

"Saya harus mencari cara untuk menjadi lebih tenang dalam situasi ini dan memikirkan hal-hal yang lebih baik. Saya ingin menyalip tetapi itu tidak terjadi, saya senang Fabio untungnya tidak ikut jatuh. Itu akan menjadi tidak adil... Saya harus menunggu untuk sedikit lagi. Segera setelah saya melewati Enea saya pikir saya juga bisa melewati Fabio, saya tidak bisa menyalip dengan ketinggalan sepersepuluh detik" tutup Pecco. Tardozzi hanya bisa menyayangkan semua yang terjadi. Karena memang sepanjang akhir pekan di antara para rider top Ducati hanya Pecco yang nampak sangat kesulitan dan bagong.


"Dia sudah mengatakan bahwa dia menyesal atas kesalahan yang dia buat. Dia tidak bisa berakselerasi keluar tikungan seperti Ducati lainnya. Kita perlu tahu mengapa. Ban depannya kepanasan, jadi dia tidak bisa mengerem terlalu keras.
Di Aragon, kami melihat ke Fabio di hari Minggu. Kehilangan dua poin lebih baik daripada kehilangan delapan poin" kata Tardozzi ibarat kata gantian sial. Meski Jackass yang menang hari ini cukup yakin jurdun akan dibawa pulang ke pabrikan Borgo Panigale itu, tetapi nampaknya perkara perang mental antar para ridernya perlu dibenahi. Gw setuju pendapat bahwa Enea g punya faktor di sana meskipun terkesan memperlambat/menghalangi Pecco untuk bisa melaju lebih cepat karena banyak mengerem dan bannya jadi panas dan terpaksa mengulur waktu untuk mendinginkan bam. 


Gosip berhembus sepoi-sepoi memang team order belum turun tetapi sudah jadi "dasar negara Ducati" bahwa rider diminta jangan mengganggu klo g mau membantu rider Ducati lain yang berjuang untuk jurdun. Karena jurdun adalah misi bersama saat ini. Hal yang nampaknya sulit dipatuhi oleh Bestia. Papi Peri Gigi pada dasarnya belum kesal dan Tardozzi nampaknya mulai belajar dia akan punya rider susah diatur tahun depan, tetapi nampaknya akan ada teguran halus dari Opa Pernat untuk Enea. Ini bukan pertama kali Bestia menggangu Pecco, tetapi di ujung musim seperti sekarang dengan segala hal dipertaruhkan untuk jurdun, Pecco nampaknya lebih suka jadi Snack Taro yang g perlu ribut sama sesama rider pabrikan, karena jadi Papa Kembar yang didukung penuh oleh team mate nampaknya terlalu mewah untuk besarnya ambisi Bestia menjegalnya menyelesaikan misi jurdun Ducati. 



#Mbak_Yu #MarcoBezzecchi #LucaMarini #FrancoMorbidelli #PeccoBagnaia #MotoGP Live post blog at mbakyujalah.blogspot.com YouTube Channel at youtube.com/c/mbakyuaja Support at paypal.me/mbakyu

Komentar

  1. Wah menarik juga jika opa perrnat bisa menegur enea secara halus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus, klo dia g mau nasih Enea seperti rider oplas Iannone. Itu rider bagus, sayangnya g bisa diatur. Persis sih Enea. Bukan tipe yang disukai Tardozzi dan Peri Gigi sih sebenarnya. Tapi karena sudah segala cara dipake g bisa diredam GP21nya ya promosi.

      Hapus
  2. Sebenarnya tekanan dari Enea gk bakalan ada artinya kalau Pecco kuat mental, cuma sayangnya tuh anak gk kuat sama pressure. Awal2 musim hancur krn dia digadang-gadang jurdun, setelah dpt gap 91 poin dan dibilang udah mustahil jurdun, eh dia mulai moncer lagi, skrg gap poin sisa 10 malah balik ke habitat dia, suka crash.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pecco sebenarnya g terlalu tertekan sama Enea. Dia lebih tertekan untuk pengen kasih jurdun. Dia tau dia rider utama di Ducati jadi dia g pernah "ngitung" rider Ducati lain sebagai tekanan. Cuma ngeladenin Enea itu ngerepotin dan buang waktu untuk tujuan jurdun...!!! Karena ban Pecco itu habis banyak ketika battle sama Enea kemarin. Sama aja Enea habis banyak ban pas battle sama Pecco. Enea itu jadi beban karena bukan tekanan tapi harus diladeni demi tekanan jurdun. Ngerti kan korelasinya.

      Hapus

Posting Komentar

Ngegosip...?? Komen Gih... Tapi Inget Gw Tetap RAZIA... Ekekekekek...