Para Rider Terpecah-Pecah Mempertanyakan Ketidak Tegasan RD FIM Stewards Dalam Memberi Penalti

 

Insiden crash #JurdunDrakor Marc Marquez dengan Papa Alice di #PortugueseGP yang berujung kisruh banding perkara surat "Penerapan Sanksi" karena FIM Stewards ini si biang kerok tetap menjalankan penaltinya di race ketika dia dinyatakan bisa membalap karena dia belakangan baru diketahui g bisa membalap di Termas De Rio Hondo menuai perpecahan di antara para rider Komisi Keselamatan. Hanya satu yang bisa ditarik kesimpulan: Mereka butuh kejelasan kesalahan apa layak untuk penalti apa.

Karena banyak rider yang menganggap Double Long Lap Penalti terlalu ringan, ada juga yang menganggap berdasarkan pengalamannya dengan rider lain yang justru lolos penalti, itu tidak lah berat. #JurdunKonspirasiGagal menyuarakan ketidak mengertiannya dengan FIM Stewars dalam menjatuhkan penalti.

"Kami harus meminta ide yang lebih jelas, tentang penalti karena sulit untuk dipahami. Contohnya tahun lalu di FP1 di Misano;  Saya melambat karena saya pikir saya melihat bendera kotak-kotak, tetapi saya mendapat penalti three grids possition saat start. Dalam kualifikasi setelah lap terbaik saya, saya mencoba untuk meningkatkan waktu lap saya, tetapi ada empat pembalap berada di track yang melambat. Jadi saya kehilangan lap saya.  Tdak ada yang mengatakan apa pun kepada mereka ini. Sulit untuk mengetahui apa yang mereka lakukan dengan sanksi terhadap Marc" kata si kinyis Pecco. Papa Nina mengatakan mengerti bahwaa setiap case berbeda, tetapi tetap harus punya pedoman untuk setiap penalti berat ringannya berdasarkan apa.

“Bagi saya, kita memang harus meyakini bahwa pilihan dan penalti itu benar. Ini sangat rumit.  Anda dapat melihat berbagai hal dengan cara yang berbeda.  Kita harus mengikuti satu aturan, tetapi sulit untuk mendapat kesimpulan dari aturan tersebut. Ini balapan, tidak akan ada dua situasi yang sama.  Mungkin kita bisa memperbaikinya tetapi Steward memiliki pekerjaan besar dan itu rumit" kata Papa Nina. Sementara Marcobez ketika ditanyakanhal yang sama terutama dalam kasus Marini - Bastianini di mana Luca lolos penalti meskipun (tanpa sengaja) menyebabkan Enea patah bahu sedangkan Mir dapat Long Lap Pemalty karena (dengan sengaja) menyenggol motor Snack Taro meskipun snack Taro masih bisa finish Sprint Race.

“Sulit untuk menetapkan aturan pada situasi ini, seperti menyalip, battle, kontak. Ada terlalu banyak situasi yang bisa terjadi.  Alangkah baiknya memiliki ide yang jelas.  Tapi saya mengerti pekerjaan yang dilakukan para Steward sangat sulit.  Kami memiliki Komisi Keselamatan untuk berbicara bersama dan mencari solusi.  Kami ingin segalanya menjadi lebih jelas dan lebih baik, ini adalah targetnya" kata Marcbez. Sementara Jackass yang sejak dulu memang cs dengan #JurdunDrakor Marc Marquez tampak sedikit membela. Hal ini karena banyak pihak terutama para rider korban si Marc Marquez yang menganggap penalti Double LLP itu terlalu ringan. Jack Miller justru merasa penalti itu berat, apalagi ada rider dan tema yang minta Marc Marquez di diskualifikasi satu race, karena selama ini dia punya masalah yang nyaris sama di track dan tidak kena penalti. Contohnya kasus Takaaki Nakagami tahun lalu.

“Itulah yang akan terjadi, empat bulan tidak mengendarai motor dan semua orang mencoba membuktikan diri, membuktikan sesuatu. Emosi akan berkobar. Semua akan mempush secara maksimal. Begitulah, begitulah olahraga ini. Sayangnya dalam olahraga ini, crash bisa saja terjadi.  Ketika ada insiden, dan Anda salah, harus ada konsekuensinya. Tapi kita butuh konsistensi. Kami meminta konsistensi. Lihatlah crash [seperti Taka atau Alex dengan saya, pada tabrakan besar tahun lalu (semuanya lolos penalti). Tapi karena itu Marquez, semua orang ingin menghujamkan pisaunya. Saya bukan mendukungnya, dia membuat kesalahan, dia tahu apa yang dia lakukan. Tapi ada terlalu banyak pembicaraan tentang itu. Semua orang (rider) ingin mengatakan 'dia pernah menyenggol saya'.  Ini balapan. Tentu saja, ada batasan. Bagian yang sulit adalah di mana kita menggambar garis batas karena setiap kali (selama ini) garis itu terus bergerak" kata Jack Miller yang meminta batasan jelas.
 

“Para Steward mencoba melakukan yang terbaik, dan kami sebagai atlet mencoba untuk memperbaiki olahraga ini dan menerapkan langkah-langkah yang konsisten. Jika Anda menabrak seseorang, Anda membuatnya keluar dari balapan, itu saja patokannya, penalti. Melarang seseorang untuk balapan?  Saya tidak setuju, bukan tindakan olahraga yang adil untuk melarang seseorang balapan. Di mana Anda menarik garis (batasnya)? Yang terus bergerak" tutup Jack Miller yang heran kenapa alasan sengaja atau tidak sengaja wajib jadi dasar pemberian penalti berat atau ringan. Nampaknya dia menyindir Papa Kembar yang meminta Marc Marquez di ban satu race. Papa Kembar sendiri di Termas tampaknya mulai selow soal penalti DLLP si kang drama.

"Dia berbicara sendiri bahwa dia mengakui melakukan kesalahan, dia meminta maaf, dan dia menerima diberi sanksi. Cukup sampai di situ, saya tidak akan berbicara lagi" kata Papa Kembar ketika ditanya upaya banding si #JurdunDrakor demi bisa lolos dari bayar penalti.

Klo gw sih sengaja atau tidak itu memang menjadi patokan. Karena kalau sengaja berarti ada tindakan awal yang seharusnya bisa dilakukan untuk mencegah kesalahan. Kalau tidak disengaja memang tidak ada tindakan awal yang bisa dilakukan untuk mencegah kesalahan. Kasusnya Mir adalah dia bisa menunda memaksa masuk ke tikungan agar bisa mencegah dia menyenggol Snack Taro. Kasusnya sibiang kerok #JurdunDrakor Marc Marquez adalah dia bisa mengerem lebih awal dan bukan late braking karena dia tau remnya sudah BERMASALAH SEPANJANG AKHIR PEKAN tetapi tidak memperbaikinya padahal tau itu berbahaya malah tetap late brakiing. Kasunya Luca Marini, dia menikung di bagian dalam lebih duluan dari Enea di bagian luar lalu front end karena ban belum panas dan crash, saat crash motornya menabrak Enea Bastianini yang ada di bagian luar itu pun posisinya agak jauh (selisih satu motor klo g salah jadi g terlalu dempet sebenarnya mereka di tikungan itu).

Jadi memang akibat bisa sama, motif bisa berbeda. Lu bunuh orang karena niat tak direncana (pakai senjata seadanya), bunuh orang karena niat direncanakan (pakai skenario), bunuh orang karena membela diri (karena terdesak), bunuh orang karena disuruh (taulah ini kasusnya siapa), itu beda-beda vonisnya meski akibatnya sama: korban lu mati. Jadi gw g setuju sama jackass, sorry ya Jack... Wkwkwkwkwk.

Follow Twitter #Mbak_Yu @mbakyuaja YouTube Channel at youtube.com/c/mbakyuaja Support at paypal.me/mbakyu #MarcoBezzecchi #LucaMarini #FrancoMorbidelli #PeccoBagnaia #MotoGP

Komentar