Woooh... Papi Peri Suppo Memprediksi Para Pabrikan Jepang Bakal Hengkang Dalam 3 Tahun Ke Depan: Mereka Salah Bila Berpikir Sprint Race Akan Meningkatkan Ketertarikan. MotoGP Populer karena Valentino Rossi, Bukanlah Super Bowl Atau Formula 1

 

Eks manager Suzuki, Livio Suppo memberikan pandangannya pada format baru motobini 2023. Menurutnya 42  race dalam semusim akan sangat melelahkan terutama karenabanyak race yang back to back (selisih hanya beberapa hari karena minggu berikutnya sudah race). Menurutnya para rider akan sangat kelelahan di dua bulan terakhir musim.

"Sabtu adalah hari dengan format yang berlebihan dari segi psiko-fisik. Menurut saya, itu berlebihan, dan dalam satu musim dengan 21 event, dimana banyak di antaranya adalah back to back. Coba bayangkan akan seperti apa kondisi psiko-fisik di dua bulan terakhir. Jika mereka membuat balapan sprint untuk meningkatkan minat di MotoGP, itu tidak akan berhasil. Karena itu membuat penonton kesulitan untuk mengikuti jadwal acara terutama untuk Moto3 dan Moto2, kecuali sirkuit dekat dari rumah  pada hari Sabtu dan Minggu dan selain dari itu sulit, terutama di musim panas. Dari pada kelelahan kenapa tidak tetap di rumah dan menonton dari TV. Jika tujuannya adalah untuk memiliki 100.000 orang di Mugello lagi, bagi saya tampaknya kita tidak mengambil jalan yang benar”. " kata papi peri Suppo yang somehow merasa MotoGP tidak semegah acara olahraga lainnya, terutama Super Bowl yang meski olahraganya tidak umum tetapi sangat terkenal dengan kemegahannya (well, menurut gw konsep acaranya juga beda sih ekekekek)

“Super Bowl tidak berbeda dengan permainan sepak bola Amerika lainnya, tetapi ini adalah Super Bowl dan ditonton jutaan orang, tidak hanya di Amerika tetapi juga di Italia. Hal yang sama terjadi di final Wimbledon atau Formula 1 GP Monaco (seri khusus F1 di mana para selebritis dunia akan hadir menonton), adalah sesuatu yang ingin ditonton orang. Mereka tidak tertarik pada balapan yang dibagi dua sesi, yang hanya memberikan setengah poin, dan itu bahkan tidak menentukan starting gris pada hari Minggu, itu membuat MotoGP sangat tidak menarik (untuk para selebriti dan tentu saja penonton dunia)" tambah Livio Suppo menjelaskan kelemahan gelaran MotoGP dalam ambisinya ingin kembali populer. Dan dengan semakin amburadulnya format ini, sponsor akan kurang tertarik dan para pabrikan satu-persatu akan mundur daripada harus membuang uang membuat motor prototype dan pengembangan. Ini berbeda dengan Formula 1 yang justru pabdikan ngantri meski biayanya luar biasa fantastis.

"Suzuki sudah melakukannya. Kenapa ada pabrikan yang mau masuk Formula 1?  Karena departemen pemasaran dan komersial mereka percaya itu adalah nilai tambah yang besar, itu adalah acara yang ditonton seluruh planet. MotoGP tidak seperti itu dan tidak akan pernah, memang ajang ini pernah menikmati kejayaan selama 20 tahun berkat Valentino dan itu menarik minat pabrikan. Saya mulai dengan Ducati pada tahun 2003 dan pabrikan lain bergabung lebih banyak, tetapi kemudian beberapa pergi dan kemudian kembali" lanjut Suppo yang mengatakan pentingnya pembekuan pengembangan teknis untuk menekan biaya sehingga para pabrikan tidak membuang uang lebih banyak untuk pengembangan yang pada akhirnya membuat mereka harus mundur bila ternyata pengembangan itu gagal dan mereka tetap tertinggal, terutama pabrikan Jepang (Honda dan Yamaha).

 "Ada beberapa langkah yang tepat: pembekuan mesin sejak 2012, memperkenalkan unit kontrol dan yang terpenting adalah penyeragaman perangkat lunak.  Sayangnya, aerodinamika telah membuat perbedaan dalam beberapa tahun terakhir: Ducati dan Aprilia, yang lebih mempercayainya, mengambil keuntungan yang jelas, KTM mencoba melawan dan kemudian beradaptasi, sementara Honda dan Yamaha tetap tertinggal, setidaknya 3 tahun.  Beberapa teknisi Suzuki pernah mengatakan kepada saya: jika kita memiliki aerodinamika Aprilia, kita akan memenangkan semua balapan. Risikonya 3 tahun ke depan bisa lebih parah lagi. Jika minat pada kejuaraan dunia tidak mengalami pembalikan tren, beberapa pabrikan, terutama Jepang, bisa saja memutuskan hengkang. Mulai 2035 kita hanya akan bicara soal motor listrik, pengembangan aerodinamis tidak berguna untuk produk yang diproduksi secara massal, mengapa mereka harus mengeluarkan uang dan juga terlihat seperti orang bodoh?” tutup Suppo tanpa mencoba sinis (padahal emang pembawaannya emang nyelekit, wkwkwkwkwk).

 Ada beberapa ide muncul pasca "percobaan pertama" format baru di Portimao. Salah satunya adalah balapan tanpa menggunakan aero di Sprint Race. Ada juga yang mengusulkan mending itu Sprint Race jadi seperti Super Pole yang menentukan kualifikasi starting grid jadi rider g perlu ribet kualifikasi sejak Sabtu pagi. Tapi kita liat lah apa sisi pertemuam Komisi Keselamatan di sirkuit Termas hari ini.

Follow Twitter #Mbak_Yu @mbakyuaja YouTube Channel at youtube.com/c/mbakyuaja Support at paypal.me/mbakyu #MarcoBezzecchi #LucaMarini #FrancoMorbidelli #PeccoBagnaia #MotoGP

Komentar