Raja Ducati Pecco Bagnaia Yang Lebih Memperhitungkan Martin Sebagai Lawannya Mengakui Keunggulan Raja Flag To Flag, Marc Marquez: Untuk Mengalahkan Marc Marquez Perlu Fit 100% Dan Saya Tidak Seperti Itu, Dia Memang Hebat Di Kondisi Ini






Ketika #ABR gegap gempita karena sesembahannya hure-hure kombek back to cak win. Raja Ducati #IkanNiuDiluarRencana Pecco Bagnaia dengan ikhlas menerima kemenangan si culas #MalinKundangPerebutHakOrang Marc Marquez. Bahunya yang kali ini mendapat dosis pain killer tingkat tinggi karena di Sprint Race dosis yang diberikan ternyata masih bikin dia kesakitan dan hampir crash harus mengakui kehebatan Marc Marquez sebaga raja Flag To Flag. Kondisinya yang belum 100% karena ada di bawah pengaruh pain killer (itu semacam obat bius jadi rada-rada bikin fly). Sejak awal akhir pekan dia bilang idealnya dia pengen menang, tapi dengan kondisi habis dibikin shushi roll pakai motor 160kg oleh adik si culas Alex Marquez, dia sudah bilang akan melakukan yang terbaik untuk mengurangi gap poin dan goal itu tercapai. Fokus dia hanya Martin, dia emang g terlalu peduli dengan kemenangan Marc selama tu g ada kaitan sama klasemen dia dengan Martin. Dengan besar hati dia mengakui kehebatan Marc Marquez karena dia memang g dalam kondisi kesehatan 100% untuk bisa melawan Marc. Yang penting adalah dia sudah memberi 100% dalam kondisi kesehatan tidak 100%. Crash Morbidelli menjadi tonggak utama dia mulai waspada akan crash dan mulai cari aman.


"Dari sudut pandang kejuaraan, saya akan mengatakan ya, tidak ada yang lebih baik dari ini. Dari sudut pandang suasana hati, tidak. Kembali meraih kemenangan hari ini setelah apa yang terjadi akan menjadi yang terbaik, terutama di kandang sendiri. Kalau dipikir-pikir, ya. Juara 2 ini bukan seperti kemenangan, tapi rasanya manis. Saya berusaha sampai akhir namun tidak bisa menang. Sayang saat hujan mulai turun saya kehilangan banyak waktu karena tidak bisa memahami kondisi dengan baik setelah melihat Morbidelli terjatuh. Selain itu, Marquez sangat kuat di paruh kedua balapan dan saya tidak bisa memanfaatkan potensi maksimal motor. Hari ini penting untuk mencetak poin, ketika saya melihat Martin memasuki garasi, saya mengerti bahwa dia tidak akan mencetak poin. Dari situ saya berusaha mencapai finih tanpa melakukan kesalahan apa pun, strategi saya berubah" kata Pecco memberi ucapan selamat kepada Marc yang unggul banyak dengan jatah KW1 dan keahlian flag to flag. Dia keknya emang kena jatah KW1 sementara Martin yang nampaknya kena undian ori (keliatan dia bisa mengejar ketertinggalan setengah lap setelah 2 kali ganti motor itu juga team dia g siap sama motor).


"Saya memang lebih lambat, tidak ada alasan. Saya mencoba (mengejar) pada awalnya. Dengan balapan kering, keadaannya mungkin berbeda, Jorge dan saya unggul. Saat hujan mulai turun, saya melihat Morbidelli terjatuh dan saya mulai melambat. Marquez lebih berani dan kuat dari kami. Saat dia menyalip saya, saya mencoba mengikutinya dan ada juga masalah pada tekanan dan suhu ban depan. Kadang-kadang saya bisa saja melemparkan diri (menyalip) dari bagian dalam, tapi saya tidak cukup sehat (itu perlu rebah ekstrim dan bahunya sakit) untuk melakukannya. Di lap terakhir saya tertinggal, saya melihat Enea tertinggal 3-4 detik dan saat itulah konsentrasi saya menurun, karena secara fisik saya tidak dalam kondisi yang baik. Saya memutuskan untuk puas di posisi ke-2, juga karena saya mengambil terlalu banyak risiko untuk mengikuti Marc. Satu-satunya cara untuk mengalahkan Marc ketika dia begitu kompetitif adalah dengan menjadi 100%. Ketika saya kehilangan konsentrasi, saya merasakan lebih banyak rasa sakit dan itu menjadi rumit. Kemarin saya kesal karena tidak melakukan yang terbaik, hari ini saya melakukan yang terbaik. Hari ini tanpa hujan dia akan tertinggal tetapi itu hanya karena posisi start dia, dia sangat kuat sepanjang akhir pekan. Dalam situasi normal, dia akan bersama saya dan Martin. Dia yang paling berani dalam kondisi seperti itu" katanya puas dengan performa balapan Minggunya di #SanMarinoGP. 


Dia juga memaklumi kesalahan strategi Martin yang menjadi kunci utama pemulihan poin klasemen. Bila Pecco gagal mengejar poin karen faktor eksternal, entah crash atau digulung orang, Martin gagal karena kesalahannya sendiri termasuk team yang gagal menyiapkan motorya tepat waktu yang menurut Martin itu karena kurang komunikasi. Pecco mengatakan Papi Tardozzi adalah bagian penting keyakinan dia enggan menggati motor. Di belakan podium dia juga bilang memang bau hujannya bukanlah hujan yang awet. #ABR mengejek katanya itu kek nujum, well yang sering bertani atau nelayan biasanya punya insting ini, tau apakah hujan akan lama atau cuma sebentar (gw mah hujan apa kagak terobos aja klo motoran, masuk angin urusan belakangan yang penting cepat sampai)


"Mungkin Jorge sedikit impulsif, tapi pilihan itu bisa saja diambil karena hujan cukup deras di lap tersebut. Mungkin hal itu dipengaruhi oleh terjatuhnya Morbidelli. Itu sulit, situasinya sangat rumit dan dia mencobanya, dia membuat taruhan yang tidak membuahkan hasil. Saya melakukan hal yang sama? Sejujurnya aku tidak memikirkannya (g berpikir ganti motor). Saya tidak menyangka akan hujan. Radar bilang tidak  (akan hujan) dan Tardozzi juga... Nyatanya hujan turun (tertawa). Hal ini terjadi setiap saat: Davide mengatakan satu hal, lalu yang terjadi justru sebaliknya (tertawa)" katanya senang dengan strateginya dan Papi Tardozzi yang ternyata g berniat siapkan motor flag to flag untuknya karena Papi team pabrikan itu memang sudah seperti bapak untuknya.


Follow Twitter (update artikel dan curhatan) dan Youtube (podcast) #Mbak_Yu username @mbakyuaja #MarcoBezzecchi #LucaMarini #FrancoMorbidelli #PeccoBagnaia #MotoGP

Komentar

  1. Semoga saja di misano kedua udah pulih dan bisa kembali menang sprint dan race minggu

    BalasHapus

Posting Komentar

Ngegosip...?? Komen Gih... Tapi Inget Gw Tetap RAZIA... Ekekekekek...