Ducati Yang Berhasil Merubah Mindset Dari "Motor Yang Hanya Bisa Dikendarai Stoner" Menjadi "Motor Yang Bisa Dikendarai Siapa Pun", Giliran Yamaha Dan Honda Berusaha Keluar Dari Mindset Yang Sama







Papi Tardozzzi adalah salah satu papi yang lumayan lama bersama Ducati. Dia adalah Papi Ducati yang paling bangga karena anak buahnya si kinyis #IkanNiuDiluarRencana Pecco Bagnaia berhasil mempertahankan gelarnya dengan plat nomor keramat #1 (yang klo kalian dengar podcast tahun lalu pasti tau sedekat apa dia sama Pecco). Dia akhirnya flashback jatuh bangun Ducati untuk berada di titik saat ini. Jurdun yang pertama kali dan satu-satunya hingga 2021  adalah masa panjang kerj keras mereka sebelum bisa mematahkan mitos bahwa motor Ducati hanya bisa diikendarai dan dipakaimenang gelar oleh legenda si mamang mancing Stoner. 

Tidak sepenuhnya salah karena bahkan waktu itu seorang ayank bebeb Valentino Rossi pun tidak bisa menaklukkan neng Desmo. Gebrakan besar Ducati berawal dari bergabungnya Papi Peri paling jenius di track: Gigi Dall'Igna. Tonggak awal jalan panjang Ducati untuk menjadi motor terbaik di track yang saking Da Bez-nya, seorang jurudn delapan kali rela mencemenkan dirinya, kabur dari kontrak meski harus bayar penalti exit yang besar, bayar setengah triliyun rupiah untuk mendepak rider lain dan bisa menaiki motor bekas mereka tahun depan. Papi Tardozzi sadar betapa pabrikan asal Bologna Italia itu berusaha keras merubah mindset para fans dan khalayak soal betapa sulitnya motor mereka dikendarai.

"Semuanya berubah setelah 2014, dengan kedatangan CEO Gigi Dall'Igna dan manajemen yang baru. Kami telah memulai sejarah baru di MotoGP dengan motor baru yang kami kembangkan dari tahun ke tahun. Motor kami saat ini bukanlah sebuah revolusi (berubah dengan level sama), melainkan evolusi (berubah dengan level lebih baik) dari tahun 2015. Kami berada dalam masalah ketika mereka mengatakan bahwa hanya Casey Stoner yang bisa mengendarai motor tersebut. Kini kedelapan pembalap kami sangat kompetitif dan kami bangga akan hal itu. Kami berada pada titik di mana kami dapat membuat hasil. Karena kami tidak pernah berhenti mengembangkan motor, karena pesaing kami sangat kuat dan kami takut mereka akan menemukan sesuatu yang membuat mereka lebih cepat dari kami" kata Papi Tardozzi.

Sayangnya mindset itu sudah dijalankan oleh Honda sejak jaman si #JudunMalinKundang bercokol dengan membangun motor hanya untuk satu orang rider dan pada akhirnya tu pabrikan jadi pabrikan bobrok ketika si rider cedera. Dan mindset yang sama sedang diterakan oleh Yamaha ketika mereka "kaget" diberi jurdun oleh #JurdunBelagu Snack Taro setelah sekian lama puasa gelar jurdun, ujungnya jadilah motor bobrok juga.

Well, mamang mancing Stoner akhir-akhir ini lagi bikin sensasi dengan berbagai pernyataannya. Terakhir dia mengatakan bahwa dia sangat mengerti tindakan si cemen #JurdunMalinKundang Marc Marquez untuk kabur dari kontrak karena ingin karirnya terus berjalan sedangkan dan memilih berhenti dari balapan dan pensiun karena merasa motornya sudah terlalu banyak berubah dengan banyaknya penggunaan elektrnik yang dilakukan oleh Honda saat itu. Filing gw semoga gw salah justru adalah karena dia g nyaman sama pengembangan Honda dan g dapat tawaran kontrak memuaskan dari team lain (pernah di PHP Yamaha dan gabung ke Honda setelah pergi dari Ducati). Tapi semoga gw salah.


Follow Twitter (update artikel dan curhatan) dan Youtube (podcast) #Mbak_Yu username @mbakyuaja #MarcoBezzecchi #LucaMarini #FrancoMorbidelli #PeccoBagnaia #MotoGP

Komentar

  1. Apa mungkin di saat stoner ke repsol honda pengembangan di pegang oleh dani

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi.... Karena dia senior (rider lama)...???

      Hapus

Posting Komentar

Ngegosip...?? Komen Gih... Tapi Inget Gw Tetap RAZIA... Ekekekekek...